- Back to Home »
- Wayang Kancil »
- Kancil Mencuri Ketimun
Posted by : Imedia9.net
Monday, October 1, 2012
Suatu ketika kancil mencuri ketimun di ladang milik pak Sutatruna. Ia
datang berulang-ulang ke ladang itu menghabiskan ketimun yang
muda-muda. Pemiliknya mencari akal untuk menangkap binatang yang
mengganggu hingga tanamannya rusak. Dibuatnya orang-orangan dari kayu
supaya binatang yang mencuri takut. Tetapi orang-orangan itu semuanya
dirobohkan oleh Kancil. Sutatruna kemudian mengolesi orang-orangan itu
dengan getah pohon yang lengket. Getah nangka, getah gundhang dan pohon
bendha.
Sutatruna dibantu oleh banyak pemuda desa. Orang-orangan kayu telah dilumuri getah cukup tebal dan didirikan di empat penjuru sawah. Kancil akhirnya tertangkap, biarpun berusaha sekuat tenaganya untuk menghilangkan getah yang lengket. Ia mengutarakan kesal hatinya panjang lebar. Bahwa orang sebaiknya berpikir masak-masak sebelum melakukan sesuatu dan sebelum melaksakannya. Kareka bahaya besar tidak hilang oleh puji tanpa berusaha. Orang yang bijaksana berfikir dulu sebelum bertindak.
Banyak orang yang tobat setelah masuk penjara. Kancil terperangkap akibat menuruti nafsu hati tanpa ditimbang oleh nalar yang tenang. Sutatruna yang terjaga melihat ke arah orang-orangan di sawah. Sebelah barat laut ternyata roboh. Segera ia singsingkan lengan baju dan lari ketempat itu. Ia berteriak gembira melihat pasangan-getahnya mengena.
Kepala kancil dipukul dengan kapak hingga pingsan. Kakinya diikat erat dibawa pulang. Sutatruna sangat senang hatinya. Dipikulannya tergantung Kancil sebelah depan dan kayu bakar sebelah belakang. Para tetangga datang ingin melihat tangkapan yang aneh. Sutatruna setuju untuk menyembelih kancil pada keesokan harinya, mengingat hari telah petang.
Istri Sutatruna menyediakan kelapa. Kancil akan dimasak bumbu rempah, agar tetangga dapat ikut merasakan dagingnya. Kancil kemudian dikurung dalam “ senik” kulit bambu. Di atasnya diletakkan batu sebagai pemberat. Tali pengikat kakinya di lepaskan, agar dapat tidur dan berputar-putar. Tetapi agaknya mautnya belum tiba. Malam-malam datang mendekati kurungan Kancil seekor anjing jantan. Ia kedinginan di luar. Kancil memperoleh kesempatan menipu dia, dengan berdalih ia akan dikawinkan dengan anak Sutatruna. Sehingga anjing jantan itu terpikat hatinya.
Macam-macam cerita Kancil dalam usahanya memikat hati si anjing. Antara lain kedua anak perempuan Pak tani ingin memperoleh keturunan yang pandai seperti Kancil. Batu yang di letakkan di atas kurungan sebenarnya batu yang jauh asalnya, yang memberikan khasiat agar kancil kuat beristri dua.
Anjing terpancing oleh impian kosong, akhirnya menggeser batu yang diletakkan di atas kurungan kancil.
Setelah Kancil keluar, anjing pun masuk ke dalam kurungan. Kancil pura-pura kembali dan minta mengurungkan niatnya. Anjing merengek-rengek mohon agar Kancil jangan mengurungkan niatnya, karena ingin sekali kawin dengan anak majikannya. Pagi-pagi anak Sutatruna membawa tangkapan ke tempat yang terang, kiranya yang dibawa bukan Kancil, tetapi anjing. Anjing itu dipukuli hingga setengah mati, ayahnya ikut pula melampiaskan marah.
Anjing lari menjauhkan diri, takut tuannya membunuh dia. Ia ingin mencari tempat tinggal si Kancil. Diceritakan Kancil tiba di bekas perumahan yang belum lama ditinggalkan oleh penghuninya. Ia tertarik untuk melihat lebih dekat dan terjerumus kedalam sumur tua.
Kancil menyesali dirinya yang kurang hati-hati dan menghibur hati dengan mengucapkan kalimah toyibah dengan keras-keras.Suaranya menarik perhatian seekor gajah yang segera datang ke dalam sumur. Kancil bercerita kepada Gajah bahwa hari kiamat akan tiba, itulah sebabnya ia masuk ke sumur sesuai dengan petunjuk Nabi Sulaeman. Agar jangan kejatuhan langit.
Kancil sangat pandai bercerita sehingga menarik hati gajah untuk ikut serta berada di dalam sumur. Kancil pura-pura menolak mengingat tahi gajah akan mengotori tempatnya. Gajah minta dengan sangat dan bersedia menempatkan kancil di atas punggung gajah. Gajah akhirnya di perbolehkan turut masuk ke dalam sumur.
Dengan hadirnya gajah di dalam sumur, maka tinggal kira-kira dua meter lagi jarak punggung gajah dengan bagian atas tepian sumur.
Gajah memperoleh pengetahuan tentang ilmu makritaf. Orang harus menyerahkan dirinya kepada tuhan secara penuh. Bagaimana sikap badan agar dapat memusatkan rasa dan pikiran. Gajah sangat senang menerima petunjuk itu dan mengangkat Kancil sebagai gurunya. Dengan kekuatan sendiri gajah keluar dari sumur, kemudian pulangkembali ke hutan. Di tempat tinggalnya gajah memberikan ajaran itu kepada teman-teman.
Sutatruna dibantu oleh banyak pemuda desa. Orang-orangan kayu telah dilumuri getah cukup tebal dan didirikan di empat penjuru sawah. Kancil akhirnya tertangkap, biarpun berusaha sekuat tenaganya untuk menghilangkan getah yang lengket. Ia mengutarakan kesal hatinya panjang lebar. Bahwa orang sebaiknya berpikir masak-masak sebelum melakukan sesuatu dan sebelum melaksakannya. Kareka bahaya besar tidak hilang oleh puji tanpa berusaha. Orang yang bijaksana berfikir dulu sebelum bertindak.
Banyak orang yang tobat setelah masuk penjara. Kancil terperangkap akibat menuruti nafsu hati tanpa ditimbang oleh nalar yang tenang. Sutatruna yang terjaga melihat ke arah orang-orangan di sawah. Sebelah barat laut ternyata roboh. Segera ia singsingkan lengan baju dan lari ketempat itu. Ia berteriak gembira melihat pasangan-getahnya mengena.
Kepala kancil dipukul dengan kapak hingga pingsan. Kakinya diikat erat dibawa pulang. Sutatruna sangat senang hatinya. Dipikulannya tergantung Kancil sebelah depan dan kayu bakar sebelah belakang. Para tetangga datang ingin melihat tangkapan yang aneh. Sutatruna setuju untuk menyembelih kancil pada keesokan harinya, mengingat hari telah petang.
Istri Sutatruna menyediakan kelapa. Kancil akan dimasak bumbu rempah, agar tetangga dapat ikut merasakan dagingnya. Kancil kemudian dikurung dalam “ senik” kulit bambu. Di atasnya diletakkan batu sebagai pemberat. Tali pengikat kakinya di lepaskan, agar dapat tidur dan berputar-putar. Tetapi agaknya mautnya belum tiba. Malam-malam datang mendekati kurungan Kancil seekor anjing jantan. Ia kedinginan di luar. Kancil memperoleh kesempatan menipu dia, dengan berdalih ia akan dikawinkan dengan anak Sutatruna. Sehingga anjing jantan itu terpikat hatinya.
Macam-macam cerita Kancil dalam usahanya memikat hati si anjing. Antara lain kedua anak perempuan Pak tani ingin memperoleh keturunan yang pandai seperti Kancil. Batu yang di letakkan di atas kurungan sebenarnya batu yang jauh asalnya, yang memberikan khasiat agar kancil kuat beristri dua.
Anjing terpancing oleh impian kosong, akhirnya menggeser batu yang diletakkan di atas kurungan kancil.
Setelah Kancil keluar, anjing pun masuk ke dalam kurungan. Kancil pura-pura kembali dan minta mengurungkan niatnya. Anjing merengek-rengek mohon agar Kancil jangan mengurungkan niatnya, karena ingin sekali kawin dengan anak majikannya. Pagi-pagi anak Sutatruna membawa tangkapan ke tempat yang terang, kiranya yang dibawa bukan Kancil, tetapi anjing. Anjing itu dipukuli hingga setengah mati, ayahnya ikut pula melampiaskan marah.
Anjing lari menjauhkan diri, takut tuannya membunuh dia. Ia ingin mencari tempat tinggal si Kancil. Diceritakan Kancil tiba di bekas perumahan yang belum lama ditinggalkan oleh penghuninya. Ia tertarik untuk melihat lebih dekat dan terjerumus kedalam sumur tua.
Kancil menyesali dirinya yang kurang hati-hati dan menghibur hati dengan mengucapkan kalimah toyibah dengan keras-keras.Suaranya menarik perhatian seekor gajah yang segera datang ke dalam sumur. Kancil bercerita kepada Gajah bahwa hari kiamat akan tiba, itulah sebabnya ia masuk ke sumur sesuai dengan petunjuk Nabi Sulaeman. Agar jangan kejatuhan langit.
Kancil sangat pandai bercerita sehingga menarik hati gajah untuk ikut serta berada di dalam sumur. Kancil pura-pura menolak mengingat tahi gajah akan mengotori tempatnya. Gajah minta dengan sangat dan bersedia menempatkan kancil di atas punggung gajah. Gajah akhirnya di perbolehkan turut masuk ke dalam sumur.
Dengan hadirnya gajah di dalam sumur, maka tinggal kira-kira dua meter lagi jarak punggung gajah dengan bagian atas tepian sumur.
Gajah memperoleh pengetahuan tentang ilmu makritaf. Orang harus menyerahkan dirinya kepada tuhan secara penuh. Bagaimana sikap badan agar dapat memusatkan rasa dan pikiran. Gajah sangat senang menerima petunjuk itu dan mengangkat Kancil sebagai gurunya. Dengan kekuatan sendiri gajah keluar dari sumur, kemudian pulangkembali ke hutan. Di tempat tinggalnya gajah memberikan ajaran itu kepada teman-teman.